Sin 1 Itu adalah sebuah kota kecil yang tenang, sepi, disebutnya sebagai hati. Kota itu didatanginya empat puluh hari yang lalu, dengan membawa sekotak ingatan tentang : kursi dan meja kayu di sebuah pengadilan, bunyi bel sebuah kindergarten yang melepaskan seribu senyum balita, dan sampul coklat berisi surat kematian seseorang. Ia memasukkan kotak itu ke dalam sebuah laci di rumah barunya ; di kota itu, yang sepi, yang masih penuh dengan lahan kosong, hutan, lembah, sawah, dua puluh akasia di pekarangan , pagar bambu, dan kursi rotan di serambi, menghadap ke arah gunung mati di ujung hutan. Rumah barunya tak kalah hening dari kota itu, tak kalah kecil dari hatinya, tapi disana duduk seorang perempuan yang terus berbicara padanya. Perempuan itu tidak benar-benar ada, tapi suaranya memenuhi seluruh sudut rumah. Suara itu begitu dikenalnya, seperti menyeruak dari balik sampul coklat yang berisi surat kematian, yang disimpannya di salah satu laci lemari, salah satu pusara paling hening,